Minggu, 21 Desember 2008
teori sastra
A. Pengertian Sastra
Secara etimologis kata sastra berasal dari bahasa sansekerta, dibentuk dari akar kata sas- yang berarti mengarahkan, mengajar dan memberi petunjuk. Akhiran –tra yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk..
Secara harfiah kata sastra berarti huruf, tulisan atau karangan. Kata sastra ini kemudian diberi imbuhan su- (dari bahasa Jawa) yang berarti baik atau indah, yakni baik isinya dan indah bahasanya. Selanjutnya, kata susastra diberi imbuhan gabungan ke-an sehingga menjadi kesusastraan yang berarti nilai hal atau tentang buku-buku yang baik isinya dan indah bahasanya.
Selain pengertian istilah atau kata sastra di atas, dapat juga dikemukakan batasan / defenisi dalam berbagai konteks pernyataan yang berbeda satu sama lain. Kenyataan ini mengisyaratkan bahwa sastra itu bukan hanya sekedar istilah yang menyebut fenomena yang sederhana dan gampang. Sastra merupakan istilah yang mempunyai arti luas, meliputi sejumlah kegiatan yang berbeda-beda. Kita dapat berbicara secara umum, misalnya berdasarkan aktivitas manusia yang tanpa mempertimbangkan budaya suku maupun bangsa. Sastra dipandang sebagai suatu yang dihasilkan dan dinikmati. Orang-orang tertentu di masyarakat dapat menghasilkan sastra. Sedang orang lain dalam jumlah yang besar menikmati sastra itu dengan cara mendengar atau membacanya.
Batasan sastra menurut PLATO, adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan (mimesis). Sebuah karya sastra harus merupakan peneladanan alam semesta dan sekaligus merupakan model kenyataan. Oleh karena itu, nilai sastra semakin rendah dan jauh dari dunia ide.
ARISTOTELES murid PLATO memberi batasan sastra sebagai kegiatan lainnya melalui agama, ilmu pengetahuan dan filsafat. Menurut kaum formalisme Rusia, sastra adalah sebagai gubahan bahasa yang bermaterikan kata-kata dan bersumber dari imajinasi atau emosi pengarang. Rene Welleck dan Austin Warren, memberi defenisi bahasa dalam tiga hal :
1. Segala sesuatu yang tertulis
2. Segala sesuatu yang tertulis dan yang menjadi buku terkenal, baik dari segi isi maupun bentuk kesusastraannya
3. Sebagai karya seni yang imajinatif dengan unsur estetisnya dominan dan bermediumkan bahasa.

http://one.indoskripsi.com


Berbagai Bentuk Sastra

Sebagian besar buku memiliki satu katagori bentuk penulisan sehingga buku tersebut hampir selalu dapat menentukan jenis penulisan apa yang dipakai. Alkitab dijilid sebabagai sebuah buku besar, tetapi sebenarnya Alkitab berasal dari berbagai bentuk penulisan sastra yang berbeda-beda. Hal ini justru membuat Alkitab tidak hanya menantang namun juga menarik untuk dibaca.

Saat mempelajari buku-buku yang ada di dalam Alkitab, adalah penting untuk tidak hanya melihat isi atau informasinya saja, namun juga bentuk penulisan sastra yang digunakan oleh penulisnya. Bentuk sastra yang dipakai dalam penulisan kitab itu sendiri akan lebih memperjelas informasi apa yang ingin disampaikan oleh penulisnya. Sebagai contoh dalam Perjanjian Baru; Lukas 2:1-10 yang bercerita tentang peristiwa kelahiran Yesus, disana dijelaskan secara detail tentang peristiwa kelahiran itu sendiri. Sedangkan untuk peristiwa yang sama, Injil Yohanes tidak menggunakan bentuk cerita namun memulainya dengan bentuk puisi (Yoh. 1:1-14), yang menunjuk Yesus sebagai “Firman” dan “terang dunia” yang menjelma menjadi “manusia”. Bagaimana kedua bentuk penulisan sastra ini bisa mempengaruhi pemikiran kita tentang Yesus? Mengapa penulis Injil-Injil ini memberi penekanan pada aspek yang berbeda tentang kelahiran Yesus dan identitasnya? Melihat pada cara seorang penulis dalam memilih bentuk penulisan untuk menyampaikan informasi dapat membuka jalan bagi cara-cara pemahaman yang baru dalam memahami isi Alkitab. Alkitab memiliki banyak bentuk-bentuk sastra dalam hal penulisannya. Di dalam Alkitab terdapat hukum dan peraturan-peraturan, sejarah, puisi dan syair, kata-kata bijak dan peribahasa, ajaran, surat, dan tulisan-tulisan yang berisikan wahyu. Namun yang paling penting dari bentuk-bentuk itu adalah prosa naratif, doa-doa, perumpamaan, ramalan, dan silsilah.
Bentuk-bentuk Penulisan Sastra di Keseluruhan Alkitab
Hukum-hukum dan Peraturan

Lima kitab pertama dalam Perjanjian Lama (PL) membentuk bagian yang disebut hukum “Taurat”. Tidak semua bentuk sastra dalam kitab ini memuat tentang hukum-hukum. Hukum-hukum yang berlaku meliputi larangan (“Jangan…”) dan perintah (“lakukan…”) yang diberikan kepada bangsa Israel supaya mereka menyembah Tuhan dengan benar dan memperlakukan sesama dengan hormat dan kasih. Hukum yang paling terkenal dalam Alkitab adalah Sepuluh Hukum Tuhan yang terdapat dalam Keluaran 20:1-17, yang juga terdapat dalam beberapa kitab lainnya.
Sejarah

Dalam Perjanjian Lama, banyak tulisan yang bercerita tentang sejarah bangsa Israel mulai darai tanah Kanaan pada tahun 1250 SM sampai pada kejatuhan Yerusalem pada tahun 587 SM. Buku ini menjelaskan tentang kegiatan beberapa orang penting seperti nabi Elia dan Eliza, Raja-raja Israel dan Yudea, termasuk Raja Daud dan Raja Salomo. Contoh-contoh cerita sejarah yang terdapat dalam PL ada di dalam Yoshua dan Kisah Raja-raja 1-2. Sedangkan dalam Perjanjian Baru, Kisah Rasul-rasul banyak bercerita tentang gereja mula-mula.
Puisi dan Syair

Puisi banyak digunakan di dalam Mazmur, Ayub, dan Kidung Agung. Tapi bentuk puisi juga banyak ditemui di kitab-kitab yang lain. Beberapa bentuk puisi adalah contoh dari hymne kuno dan syair. Sebagian besar isi Mazmur dimaksudkan untuk memuji dan berdoa. Ucapan-ucapan para nabi dalam kitab-kitab tersebut juga dalam bentuk bahasa yang puitis. Namun menerjemahkan puisi dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Inggris bukanlah hal yang sederhana, dan kadang-kadang tehnik penulisan dalam bahasa asal menjadi sulit untuk dipindahkan ke dalam bahasa Inggris. Satu hal penting dalam penulisan puisi bahasa Ibrani adalah adanya pengulangan satu ide ke dalam bentuk penulisan yang berbeda-beda, yang biasa disemut dengan “paralelisme”seperti yang terdapat dalam Mazmur 22:9,10; Keluaran 15:1-18; Ayub 22:1-17 dsb. Dan puisi juga terdapat dalam PB seperti Lukas 1:46-55 atau Filipi 2:6-11.
Kata-kata Bijak dan Wahyu Tuhan

Sebagian besar penulisan dalam PL berisi tentang “Kebijaksanaan dan Puji-pujian” yang meliputi puisi, Mazmur, cerita, dan sebagainya. Dalam hal ini kata-kata bijak dan Wahyu Tuhan mempunyai gaya tersendiri seperti halnya membaca ucapan langsung. Kata-kata bijak banyak terdapat di dalam kitab Wahyu, namun juga bisa ditemukan dalam kitab lainnya. Kata-kata bijak biasanya tidak memberikan informasi langsung tentang sejarah Bangsa Insrael, melainkan berisikan masalah-masalah moral dan kehidupan. Kata-kata bijak yang tertulis dalam Alkitab banyak yang dihubungkan dengan raja Salomo sebagai raja yang paling bijaksana. Mazmur 1 dan 37 adalah contoh yang bagus tentang kata-kata bijak. Dalam PB, kata-kata bijak juga merupakan bagian yang penting seperti KhotbahYesus di bukit dalam Matius 5-7.
Injil

Matius, Markus, Lukas dan Yohanes adalah empat kitab pertama dalam PB yang memuat tentang kehidupan dan ajaran Yesus. Kitab-kitab ini biasa disebut “Injil”, yang berasal dari bahasa Yunani “euangelion” yang artinya “Kabar Baik”.
Surat-surat

Sejumlah kitab dalam PB ditulis dalam bentuk surat oleh rasul Paulus. Surat-surat ini ditulis dalam bahasa Yunani formal pada abad pertama Masehi. Nama penulis surat biasanya disebutkan terlebih dahulu baru kemudian diikuti dengan nama orang yang dituju selanjutnya diikuti dengan salam. Bagian terbesar dalam surat tersebut adalah isi surat. Dalam surat-suratnys Paulus memulainya dengan salam yang kemudian diikuti dengan doa pengucapan syukur dan salam penutup serta berkat. Surat-surat tersebut memuat berbagai bentuk penulisan seperti doa, perintah, ajaran, kebijaksanaan, peringatan, hymne, syair dan berita-berita baru.

Beberapa penulisan dalam PB yang disebut ‘surat’ berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan umum tentang jemaat Kristen di segala tempat. Ibrani adalah contoh dari bentuk ini. Kitab yang ditulis dalam bentuk surat dimana dapat ditemui setelah Kisah Para Rasul dan sebelum Wahyu.
Penyingkapan

Kata ‘apocalypptic atau penyingkapan’ berasal dari bahasa Yunani pokalypsis, yang artinya ‘penyingkapan’. Bentuk sastra seperti ini berhubungan dengan nubuat atau ramalan. Seperti halnya ramalan, penyingkapan juga berhubungan dengan waktu yang akan datang, tapi penyingkapan lebih berisi tentang penglihatan dari Tuhan, orang dalam bentuk binatang, warna, dan angka-angka yang memiliki arti rahasia dan prediksi tentang hari kedatangan Tuhan. Tulisan-tulisan ini banyak ditulis pada masa-masa sulit dan berbicara tentang waktu saat Tuhan membawa ciptaan baru, dan setiap orang yang beriman akan hidup bersama Tuhan selamanya. Daniel dan Wahyu adalah dua kitab yang menggunakan bentuk seperti ini.
Bentuk-bentuk Penulisan Sastra Perbagian dalam Alkitab
Prosa Naratif

Prosa adalah suatu bentuk penulisan sastra yang dilakukan secara naratif dan diskriptif. Prosa sering dipakai dalam penulisan tentang manusia dan kejadian-kejadian dalam sejarah. Yang paling umum dalam prosa adalah cerita, baik yang pendek maupun yang panjang. Bentuk prosa ini banyak terdapat di PL maupun PB.
Doa-doa

Penulisan dalam bentuk doa banyak muncul baik dalam prosa maupun puisi. Apa yang membuat bentuk doa menjadi menarik adalah karena sifatnya yang mengekspresikan secara langsung komunikasi antara manusia dengan Tuhan. Mazmur banyak memuat doa-doa yang ditulis secara puitis. Penulisan dalam bentuk doa ini dapat ditemui di seluruh kitab dalam Alkitab.
Wahyu

Tulisan-tulisan atau ucapan-ucapan yang berisikan ‘wahyu’ menjadi bagian yang cukup besar dalam PL. Banyak ‘wahyu’ atau biasa disebut ‘ramalan’ yang dimulai dengan frase “Tuhan berkata” atau “Tuhan Allah berfirman”. Frase ini menjelaskan bahwa pesan-pesan yang disampaikan oleh para nabi itu bukanlah dari mereka sendiri, melainkan dari Tuhan. ‘Wahyu-wahyu’ tersebut seringkali nampak seperti puisi dalam bahasa Ibrani dan bahkan sering juga menggunakan ciri-ciri puisi Ibrani, sepertihalnya paralelisme. Kitab dalam PL banyak yang berisikan ‘wahyu-wahyu’ dari Tuhan. Contoh yang paling jelas dari bentuk ini dalam PL adalah Yesaya 1:2-31, Yehezkiel 36:22-32, Amos 5:4-27 dan Zakharia 9:1-17.
Perumpamaan

Parabel atau perumpamaan adalah cerita yang umum terjadi sehari-hari yang disampaikan untuk mengajarkan suatu kebenaran tentang Tuhan dan Kerajaan Tuhan. Injil banyak menunjukkan bahwa Yesus seringkali menggunakan perumpamaan saat Ia berbicara kepada para murid-muridnya atau kepada orang-orang yang berkumpul untuk mendengarkan ajaranNya. Perumpamaan bisa sangat pendek seperti dalam Matius 13:44-48 atau bisa juga panjang seperti dalam Lukas15:11-32.
Silsilah
Daftar urutan keluarga atau yang biasa disebut dengan silsilah juga terdapat dalam Alkitab. Bentuk seperti itu biasanya ingin menunjukkan atau melacak tokoh-tokoh penting yang terdapat dalam sejarah umat Israel dan bagaimana hubungan mereka antara yang satu dengan yang lain. Silsilah yang cukup penting terdapat dalam Matius yang menunjukkan silsilah keluarga Yesus sebagai katurunan Raja Daud. (Mat. 1:1-17) Penulis Injil Matius ingin menunjukkan bahwa Yesus memang adalah keturunan Raja Daud dan bahwa Ia adalah Mesias yang akan datang untuk menyelamatkan umat manusia. Meskipun seringkali sulit untuk dipahami mengapa mesti mencantumkan silsilah keluarga dalam Alkitab, namun bagi umat Israel itu adalah penting karena menunjukkan adanya hubungan keluarga dengan nenek moyang mereka yang adalah tokoh-tokoh penting dalam Alkitab. Contoh lain dari silsilah keluarga ini terdapat dalam Kejadian 5:1:32, 1Tawarikh 1-8 dan Ezra 8:2-14.


Karya Sastra Angkatan Dasawarsa 80-an

Antara lain adalah:

*

Badai Pasti Berlalu - Cintaku di Kampus Biru - Sajak Sikat Gigi - Arjuna Mencari Cinta - Manusia Kamar - Karmila

Mira W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama dalam novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad 19 dimana tokoh utama selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya pada era 80-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya.

Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 80-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop (tetapi tetap sah disebut sastra, jika sastra dianggap sebagai salah satu alat komunikasi), yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman dengan Serial Lupus-nya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih "berat".

Budaya barat dan konflik-konfliknya sebagai tema utama cerita terus mempengaruhi sastra Indonesia sampai tahun 2000.

Sastrawan Angkatan Reformasi

Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke BJ Habibie lalu KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Sukarnoputri, muncul wacana tentang Sastrawan Angkatan Reformasi. Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya seputar Reformasi. Di rubrik sastra Harian Republika, misalnya, selama berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-sajak peduli bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik.

Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatar belakangi kelahiran karya-karya sastra -- puisi, cerpen, dan novel -- pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda dan Acep Zamzam Noer, juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak sosial-politik mereka.

Sastrawan Angkatan 2000-an

Setelah wacana tentang lahirnya Sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki 'juru bicara', Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya Sastrawan Angkatan 2000. Sebuah buku tebal tentang Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta, tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal Malna, Ahmadun Yosi Herfanda dan Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada akhir 1990-an, seperti Ayu Utami, dan Dorothea Rosa Herliany.

*

Abidah el Khalieqy
*

Afrizal Malna
*

Ahmad Nurullah
*

Ahmad Syubanuddin Alwy
*

Ahmadun Yosi Herfanda adalah salah seorang penyair yang dimasukkan oleh Korrie Layun Rampan ke dalam Angkatan 2000, tapi ia sebenarnya telah banyak menulis sajak sejak awal 1980-an.
*

Ayu Utami dengan karyanya Saman, sebuah fragmen dari cerita Laila Tak Mampir di New York. Karya ini menandai awal bangkitnya kembali sastra Indonesia setelah hampir 20 tahun. Gaya penulisan Ayu Utami yang terbuka, bahkan vulgar, itulah yang membuatnya menonjol dari pengarang-pengarang yang lain. Novel lain yang ditulisnya adalah Larung, lanjutan dari cerita Saman.

*

Dorothea Rosa Herliany
*

Seno Gumira Ajidarma
* dikutip
dari berbagai sumber
 
posted by Udee shenyo at 11.02 ¤ Permalink ¤


1 Comments: